Saturday, May 1, 2010

MELESTARIKAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA INDONESIA

A. LATAR BELAKANG

Batik adalah salah satu pembuatan bahan pakaian. Batik di Indonesia sudah ada sejak kerajaan Majapahit. Batik merupakan warisan indonesia yang pantas diabadikan. Pada zaman dahulu batik hanya diperuntukkan untuk keluarga raja-raja saja. Seiring dengan perkembangan zaman, batik di Indonesia pun ikut berkembang menjadi kesenian yang hampir ada diseluruh wilayah indonesia. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas mrnjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.

Warisan berarti semua peninggalan dari masa silam yang sekarang bentuk, jenis, dan wujud (rupa)nya masih ada, dan digunakan oleh generasi sekarang. Secara khusus, warisan dalam judul tulisan ini mengacu pada peninggalan batikdari era generasi terdahulu ke sekarang.

Melestarikan batik sebagai warisan budaya indonesia adalah hal yang sangat penting. Berbagai macam koleksi batik kuno ada diberbagai wilayah indonesia. Akan tetapi semua itu masih kurang menarik perhatian generasi muda indonesia untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya indonesia karena rasa cinta masyarakat kepada produk batik tanah air minim.

Alasan pembuatan karangan dengan judul melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia adalah kami tim penyusun menginginkan batik akan selalu berada dihati masyarakat Indonesia. Kami menyadari bahwa saat ini rasa cinta pada batik masih minim. Selain itu batik merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia. Kami juga mengharapkan supaya batik sebagai budaya Indonesia akan tetap terjaga kelestariannya dan tidak pernah punah. Dewi Sukaningsih sebagai pemilik museum batik diJogyakarta berkata ,”Dengan tersimpan dimuseum ini maka semua masyarakat bisa menikmati keindahan batik kuno dari Indonesia. Saya punya keinginan jangan sampai batik Indonesia punah. Ini adalah salah satu warisan leluhur yang bisa dibanggakan”. Dia menginginkan batik tetap menjadi budaya Indonesia yang dapat dilestarikan, begitu kami sebagai generasi penerus menginginkan hal yang sama.

B. BATIK

1. Pengertian Batik

Batik atau kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang mempunyai arti:”menulis” dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak atau gambar yang dihasilkan oleh bahan “malam” yang diaplikasikan keatas kain,sehingga menahan masuknya bahan pewarna.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya jawa) sejak lama. Perempuan-perem puan Jawa dimasa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga dimasa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya”Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki kedalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini,yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak ”Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Selain itu batik bisa mengcu pada dua hal. Yang pertama adalah tektik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, tekni ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertiaan kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan tektik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik indonesia, sebagai keseluruhan tektik, teknologi, serta pengembangan motif dan yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbetawi (Masterpieces of the Oral and Intangible of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.

Menurut asal pembuatannya batik jawa adalah sebuah warisan keseniaan budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang jawa dari turun-temurun. Batik jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarenakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka. Batik Jawa banyak berkembang di Solo atau biasa disebut dengan batik Solo.

2. Asal Usul Batik

Seni pewarnaan kain dengan pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukakannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T’ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.

Walaupun kata “Batik” berasal bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik batik ini kemudian diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan E.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis yang kita kenal sekarang ini.

Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikan kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keraton Yogyakarta dan Surakarta.

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.

Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintakan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayang kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik.

Dalam Literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang di perolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.

Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan tektik tulisan tangan dengan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka.

Pendapat lain mengemukakan pendapat bahwa, Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga tektik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisional hanya dapat di pakai olrh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

3. Cara Membuat Batik

Teknik batik dapat dibagi menjadi tiga tahap, yakni persiapan, pembatikan, dan proses penyelesaian. Proses persiapan meliputi: mengukur dan menggunting, merendam(ngetel), memberi kanji (nganji), menjemur kain, dan memukul kain dengan pemukul kayu (ngemplong), serta pemindahan rancangan ragam hias ke atas kain. Proses selanjutnya adalah pembatikan, yakni melumuri permukaan kain yang telah digambar dengan lilin atau malam, serta mewarnai kain. Proses terakhir adalah penyelesaian yakni pelepasan lilin dari kain.

Pada saat proses persiapan kain diukur dan digunting terlebih dahulu, kemudian dijahit bagian tepi kiri dan kanannya. Setelah itu, kain direndam dalam larutan minyak jarak atau minyak kemiri dan londo merang (larutan yang diperoleh dari hasil pembakaran merang). Lalu larutan tersebut diberi air, kemudian disaring. Air saringannya digunakan untuk merendam kain selama semalam. Setelah itu kain dijemur pada siang hari. Proses ini diulang selama 8 hari. Setelah itu kain diberi tajin, yaitu cairan kental yang muncul pada saat memasak nasi atau ketan. Ada pula yang menggunakan bubur tepung ketan sebagai bahan kanji. Hal ini diperlukan agar kain mudah dibatik dan serat kain terlindung dari sengatan malam yang sangat panas. Setelah kain dikanji dan dikeringkan dengan sinar matahari, kain dipukul-pukul agar pori-porinya terbuka, sehingga warna dapat meresap secara maksimal. Proses ini dalam bahasa Jawa disebut kemplong. Sebelum dibatik, permukaan kain diberi pola corak terrlabih dahulu. Pola corak dipindahkan melalui penggambaran dengan pensil. Barulah kain siap untuk dibatik.

Proses pembatikan dengan canting diawali dengan membuat garis tepi ragam hias (klowong), kemudian bagian pengisinya (isen-isen). Dalam proses pembatikan, pemberian corak dan pewarnaan dilakukan berurutan dan berulang-ulang.

Pemindahan pola corak ragam hias yang berwarna paling muda dilakukan terlebih dahulu, setelah itu bidang tersebut dicelup atau dicolet dengan warna. Kemudian bidan kain yang bercorak dan berwarna ditutup dengan malam secara penuh dan merata (nembok). Proses ini diulang dengan cara yang sama untuk pewarnaan yang lebih gelap atau warna lain sesuai dengan jumlah warna yang diinginkan. Keseluruhan proses pemalaman ini dilakukan saat kain dalam kondisi kering. Oleh karena lilin yang digunakan untuk menghambat warna dalam membatik adalah lilin yang mencair saat dipanaskan, maka pewarnaan yang digunakan adalah celup dingin. Pewarna batik terdiri dari pewarna alam dan pewarna buatan pabrik. Pewarna buatan pabrik banyak ragamnya, yakni zat warna langsung (direct) seperi rapit, proison dan rhemasol. Ada pula pewarna tak langsung (indirect) yang terrdiri dari napthol dan indigosol.

Tahap akhir dari proses batik adalah pelepasan lilin dari permukaan kain. Caranya adalah dengan menggunakan bahan kimia, seperti bensin cuci atau melorod dalam larutan air panas

Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

Bahkan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soda, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

4. Jenis-jenis Batik

a. Batik Printing sudah bisa ditemui pada akhir-akhir ini karena kualitas corak batik yang lebih bagus dan lebih tahan lama karena tidak mudah luntur. Batik printing juga banyak digunakan untuk produksi Batik Diana. Cara pembuatannya disablon jadi cepat pudar kalau beberapa kali dicuci, warna dan motif batik ada tetapi sudah sedikit pudar. Cirinya paling gampang yaitu: warna bahan depan batik dengan warna dalamnya tidak sama.

b. Batik cap adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2 – 3 hari. Batik jenis ini yang paling banyak dipakai untuk bahan membuat baju, karena meskipun di cuci berulang kali bahannya menjadi semakin nyaman, dan warnanya semakin cerah.

c. Batik tulis adalah batik yang berawal dari kain yang dihias dengan tekstur dan corak yang menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2 – 3 bulan. Proses pembuatannya pakai canting ditulis dan digambar satu persatu. Batik tulis dibagi menjadi dua,yaitu: tulis halus dan biasa, tergantung pada tempat para pembatik itu menggambar.

C. Manfaat Melestarikan Batik

Kita perlu memperkenalkan batik pada generasi penerus bangsa, agar para penerus bangsa juga sadar bahwa mereka juga mempunyai kewajiban menjaga dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu salah satunya batik. Batik sebagai warisan budaya sangat perlu sekali untuk dilestarikan, salah satunya dengan upaya ditemurunkan pada generasi mudah penerus bangsa Indonesia. Hal ini harus dilakukan agar kebudayaan seni batik tidak akan pernah punah dari bangsa Indonesia meskipun adanya perubahan zaman yang lebih modern, karena batik merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Selain itu batik sangat perlu dilestarikan karena agar tidak pernah bisa diklaim oleh negara lain. Kini Pemerintah Departmen Kebudayaan berusaha keras untuk mengembangakan kesenian batik, salah satu upayanya yaitu dengan memperbanyak produksi batik agar banyak konsumen yang menggunakan batik. Hal ini dilakukan agar mendapatkan pengakuan dari dunia bahwa batik merupakan kesenian atau kerajinan asli budaya Indonesia serta agar mendapatkan piagam yang menyatakan batik itu milik Indonesia sepenuhnya. Karena akhir-akhir ini ada negara yang mengakui bahwa batik merupakan hasil dari kebudayaannya namun hal ini disangkal oleh Indonesia dan tidak didiamkan oleh bangsa Indonesia untuk melepaskannya begitu saja.

Batik merupakan salah satu kesenian budaya yang bernilai tinggi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, jadi dengan cara apa pun semua generasi bangsa Indonesia wajib menjaga dan melestarikannya agar batik tidak diklaim oleh negara lain dan juga tidak akan pernah punah meskipun adanya era globalisasi seperti saat ini.

Kenyataan saat ini bahwa dari hasil kerajinan batik banyak sekali peminatnya tidak hanya dari orang Indonesia saja melainkan banyak orang luar negeri atau wisatawan asing yang kagum dan suka memakai batik. Bila diamati pasti masa dahulu hampir semua orang Indonesia merasa tidak bangga dengan batik malah seakan-akan lupa bahwa mereka mempunyai suatu kerajinan budaya batik yang begitu istimewa yang perlu untuk dijaga, selain itu para generasi bangsa pun juga seperti itu, mereka malu bila menggunakan pakaian yang bercorak batik, tapi semua itu kini telah berbalik setelah ada negara lain yang mengklaim batik atau mengakuinya bahwa batik merupakan budayanya. Kini antusias mereka untuk menjaga dan melestarikan batik sangat tinggi.

D. Upaya dan Perlunya Melestarikan Batik

Seolah-olah terbangun dari tidur panjang, pemerintah baru mulai giat mempromosikan salah satu kerajinan milik bangsa Indonesia, yaitu batik. Kesadaran akan batik sebagai suatu produk kerajinan bangsa yang kaya akan nilai seni budaya ini, memang datangnya agak telat. Setidaknya setelah kebakaran jenggot gara-gara kerajinan ini sempat diklaim oleh salah satu negara tetangga terdekat sebagai miliknya.

Namun, patut disyukuri peristiwa itu menjadi tamparan keras buat kita untuk lebih menyadari keberadaan kekayaan alam yang dimiliki. Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam melestarikan batik, salah satu terobosan yang dilakukan adalah menggelar kegiatan pameran guna menghilangkan kesan dan anggapan batik hanya cocok dikonsumsi oleh kelompok tua dan hanya digunakan untuk kegiatan formal.

Melibatkan generasi muda dalam proses produksi hingga menjadi produk akhir berupa kain batik. Aktivitas tersebut tentunya sangat membekas mendalam untuk mereka karena mereka menjalani proses antara teori dan praktek yang berjalan bersamaan.

Selain itu, pemerintah juga mulai berupaya mendorong pelaku bisnis yang bergerak di industri kerajinan batik untuk memanfaatkan momentum kebangkitan batik di Tanah Air saat ini. Kemudian mulai memasarkan produk batik hingga kemancanegara untuk mendapatkan konsumen yang lebih luas, perusahaan batik dapat melakukan pameran atau workshop didalam dan luar negeri.

Upaya pemerintah tersebut tak jauh dari bagian untuk lebih memperkenalkan produk asli Indonesia ini ke dunia Internasional, mempertegas bahwa batik sebenarnya adalah milik bangsa Indonesia, sekaligus menjadi alat yang bisa digunakan sebagai sarana promosi industri pariwisata nasional.

Departemen Pendidikan Nasional juga menetapkan batik masuk kurikulum muatan lokal dalam pembelajaran di sekolah. Menteri Pendidikan Nasional juga menetapkan batik sebagai salah satu seragam yang wajib digunakan oleh sekolah.

E. WARISAN BUDAYA INDONESIA

Menurut Koentjaraningrat, budaya dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Berdasarkan pendapat ini, batik adalah salah satu hasil dari cipta, rasa, dan karsa yang dilakukan oleh manusia Indonesia, baik sejak masa silam hingga sekarang, selain hasil lainnya yang berwujud pada bangunan candi-candi kuno, senjata-senjata tradisional, dan Pancasila (buah pikiran Bung Karno yang bersumber pada nilai-nilai kearifan bansa Indonesia sebelumnya).

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan pada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada konferensi PBB.

Warisan (peninggalan) dari nenek moyang bangsa indonesia kegenerasinya sekarang dapat berupa beragam bentuk, jenis, dan wujud (rupa). Beberapa di antaranya adalah candi-candi, senjata tradisional kapal laut penisi, wayang, dan batik. Batik juga merupakan kerajinan dan mempunyai nilai seni yang cukup tinggi.

1. Batik Merupakan Kerajinan

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangannya batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya indonesia (Jawa khususnya) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencahariaan, sehingga pada waktu itu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat dari corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

2. Batik Mempunyai Nilai Seni

Kesenian batik merupakan kesenian gambar diatas kain pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan raja-raja Indonesia zaman dahulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka keseniaan batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Ragam corak dan warna Batik dipengarui oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan jugapada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benada-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing. Contohnya nilai seni yang terdapat dalam motif batik Megamendung.

a) Nilai Penampilan (apperance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa dilihat secara visual adalah motif megamendung dalam sebuah kain yang indah terlepas dari penggunaan bahan berupa kain katun atau kain sutera. Sementara dalam nilai struktur adalah dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun begitu rupa berdasarkan nilai esensial. Bentuk-bentuk tersebut berupa garis-garis lengkung yang disusun beraturan dan tidak terputus saling bertemu.

b) Nilai Isi (content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan, nilai rasa, intuisi atau bawa sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri dari atas moral, nilai sosial, nilai religi, dsb. Garis lengkung yang beraturan pada batik megamendung membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung megamendung harus bertemu peda satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.

c) Nilai Pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat pribadi seseorang, nilai keterampilan, dan nilai medium yang dipakainya. Ungkapan yang ditampilkan oleh senimannya berupa proses batik yang begitu indah dengan memberikan goresan lilin lewat canting.

F. Kesimpulan

Batik adalah salah satu pembuatan bahan pakaian. Batik di Indonesia sudah ada sejak kerajaan Majapahit. Batik merupakan warisan indonesia yang pantas diabadikan. Batik atau kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang mempunyai arti:”menulis” dan “titik”.

Teknik batik dapat dibagi menjadi tiga tahap, yakni persiapan, pembatikan, dan proses penyelesaian. Jenis- jenis batik ada beberapa macam, yakni: batik printing, batik cap dan batik tulis. Salah satu upaya pemerintah dalam pelestarian batik adalah pemerintah mulai mendorong pelaku bisnis yang bergerak di industri kerajinan batik untuk memanfaatkan momentum kebangkitan batik di Tanah Air saat ini. Memasarkan produk batik hingga kemancanegara.

Manfaat melestarikan batik adalah supaya para generasi muda dapat mengetahui dan merasakan keberadaan batik di Indonesia sebagai kebudayaan Indonesia. Batik adalah budaya yang sangat perlu untuk dilestarikan supay terhindar dari kepunahan dan pengklaiman dari negara lain.

Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam melestarikan batik, salah satu terobosan yang dilakukan adalah menggelar kegiatan pameran guna menghilangkan kesan dan anggapan batik hanya cocok dikonsumsi oleh kelompok tua dan hanya digunakan untuk kegiatan formal. pemerintah juga mulai berupaya mendorong pelaku bisnis yang bergerak di industri kerajinan batik untuk memanfaatkan momentum kebangkitan batik di Tanah Air saat ini. Kemudian mulai memasarkan produk batik hingga kemancanegara untuk mendapatkan konsumen yang lebih luas, perusahaan batik dapat melakukan pameran atau workshop didalam dan luar negeri.

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan pada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada konferensi PBB. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya indonesia (Jawa khususnya) sejak lama. Kesenian batik merupakan kesenian gambar diatas kain pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan raja-raja Indonesia zaman dahulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengitnya.

Referensi Pustaka

Wardhani Cut Karamil, Panggabean Ratna, Tekstil, Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara, 2004

http://netsains.com/2009/02/motif-batik-megamendung-nilai-seni-dan-filosofinya/

http://www.kilasberita.com/kb-finance/peluang-usaha/4069-ri-mulai-giatkan-promosi-batik

http://www.kulinet.com/baca/batik-sebagai-warisan-budaya-indonesia/29/

http://www.rembangkab.go.id/indeks-berita/304-pemkab-rembang-terima-penghargaan-atas-upaya-pelestarian-batik-lasem

http://www.koranlokal.com/fastnews.php?no=579531

http://www.rmexpose.com/detail.php?id=8382&judul=Melestarikan%20Batik%20Lewat%20Jalur%20Sekolah

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/batik-indonesia-pengakuan-dan-upaya-pelestarian/

http://id.wikipedia.org/wiki/Batik


No comments:

Post a Comment